Blog Mini Aswaja

「ANTARA AKHLAK ULAMA SALAF DAN SALAFY-WAHABY」

「ANTARA AKHLAK ULAMA SALAF DAN SALAFY-WAHABY」



By Emka Shofa

「ANTARA AKHLAK ULAMA SALAF DAN SALAFY-WAHABY」

Kita tentu mengenal siapa ulama era mutaqaddimin salafus shalih 4 madzhab yang ilmunya masyhur hingga sekarang dan terbukti dijadikan kiblat manhajnya oleh lembaga keagamaan baik ma'had, ribath hingga ponpes, itu karna beliau-beliau sangat tabahhur (laut tak bertepi) dalam ilmu agama disamping akhlak yang bersahaja dan menghormati pendapat lain tentunya.

Kita juga sering mendengar siapa itu ulama rujukan salafy-wahaby (ulama yang dianggap salaf bagi mereka) yang diantaranya Muhammad bin abdil wahab, albani, utsaimin, bin baz dll yang fatwa-fatwanya menimbulkan kritik dan serat caci maki pada ulama sebelumnya yang tentunya dikhawatirkan perpecahan di dalam islam itu sendiri.

Sekarang kita bandingkan diantara ulama salaf dan ulama yang katanya salaf;

ULAMA SALAF MADZHAB 4:
1.Imam abu hanifah an-nu'man ibn tsabit berkata:
"Kami hanyalah seorang manusia. Hari ini kami berpendapat demikian tetapi mungkin besok kami mencabutnya" (an-nafi' al-kabir:135).

"Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan al-quran dan hadits Rasulullah saw, maka tinggalkanlah pendapatku itu" (al-iqazh:50).
>inilah bentuk sifat kerendahan hati seorang mujtahid muthlaq pencetus madzhab hanafi, beliau sangat berhati-hati dalam fatwanya.

2.Imam malik ibn anas berkata:
"Saya hanyalah seorang manusia terkadang salah dan terkadang benar. Oleh karnanya telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan al-quran dan as-sunah maka ambillah.Namun bila tidak sesuai dengan al-qurandan as-sunah maka tinggalkanlah" (al-iqazh:72).
>inilah dawuh Imam malik penggagas madzhab maliki yang juga sangat tawadlu' dan berhati-hati dengan hasil fatwa pemikirannya.

3.Imam muhammad ibn idris as-syafi'i berkata:
"Bila kalian menemukan dalam kitabku yang menyalahi sunah Rasulillah saw, maka peganglah sunah Rasulillah saw dan tinggalkan apa yang kukatakan (pendapatku)" (al-majmu' I/63).
>lihatlah bagaimana murid imam maliki ini yang fatwanya menyamai gurunya, itu dikarnakan sifat rendah hati yang tentunya menjadi contoh ashab-ashabnya.

4.Imam ahmad ibn hanbal berkata:
"Yang namanya al-itba' adalah orang yang mengikuti apa yang dibawa dari Nabi saw dan para shahabatnya. Sedangkan yang datang dari tabi'in dan setelahnya boleh diambil dan boleh ditinggalkan (mukhoyyar)" (masa'il imam ahmad: 276-277).
>begitu pula murid dari imam syafi'i ini berfatwa, walau beliau telah hafal hadits 1juta lebih namun tetap mengedepankan akhlaknya yang sangat jauh dari sok nyunah.


ULAMA SALAFY-WAHABI:
1.Muhammad bin abdil wahab berkata:
"Aku katakan –hanya bagi
Allah segala puji dan karunia dan dengan Allah segala kekuatan- sesungguhnya Tuhanku telah menunjukkanku ke jalan yang lurus, agama lurus agama Ibrahim yang hanif dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik. Dan aku -Alhamdulillah- tidak mengajak kepada madzhab salah seorang sufi, ahli fikih, filosof, atau salah satu imam-imam yang aku muliakan….." (ad-durarus saniyah I/37).
>salah satu fatwa yang mencengangkan dari tokoh wahabi ini, padahal beliau ini bermadzhab hambali dalam fan fiqh, namun malu mengatakan dengan berdalih tidak mengajak ke madzhab, memang kedengarannya aneh tapi begitulah fatwa syeh ini.

2.Nashirudin al-albani:
"Aku banyak didzalimi oleh orang-orang yg mengaku berilmu, bahkan sebagian diantara mereka ada yg dianggap bermanhaj salaf seperti kami. -kalau memang benar demikian- berarti dia termasuk orang yg hatinya terjangkit penyakit hasud dan dengki" (Silsilah ahadits ad-dhoifah I/29).
>syeh albani sangat bangga mengatakan BERMANHAJ SALAF SEPERTI KAMI, inilah penggalan fatwa beliau. Namun kira-kira ini riya' atau fakta?

3.Bin baz ditanya berapakah kitab-kitab induk yang telah dihafalnya, beliau menjawab:
"Tidak,tidak ada (satu pun) yg aku hafal. Banyak aku baca tetapi aku tidak banyak hafal darinya. Aku pernah membaca shahih bukhari dan muslim beberapa kali. Aku pernah membaca sunan an-nasai dan sunan abu daud tapi tak sampai rampung. Aku juga membaca sunan ibn majah tapi juga tak sampai selesai..." (mereka memalsukan kitab-kitab:273 atau al-majallah edisi 1006 23-29/5/1995).
>inilah kejujuran jawaban syeh ibn baz, yang mungkin bisa membuat inspirasi pengikut setelahnya agar jujur dalam dakwahnya.

4.Mungkin dari pengamat ada yang mau menambahi fatwa dari ulama salafy-wahabi?

Akhiran!
Banyak ulama salaf berendah hati dengan akhlak yang terpuji namun tetap menghargai, terlebih lagi ulama madzhab 4 yang sampai sekarang dalam fatwa-fatwanya tak ada yang menyalahi al-quran dan al-hadits.
Namun anehnya, sekarang banyak beredar fatwa-fatwa aneh yang tak terpuji bersembunyi dengan memakai fatwa madzhab 4 untuk menyerang para pengikut madzhab 4. Tapi biarlah, toh mereka hanya berkreasi dan tentunya kita bisa menilai mana perkata'an ulama yang berakhlak salaf atau ulama berpura-pura salaf.
Allah wa rasuluh a'lam

Foto tour sepeda HARLEY DAVIDSON di Lebanon yang ikuti pula pengendara wanita Saudi

Foto tour sepeda HARLEY DAVIDSON di Lebanon yang ikuti pula pengendara wanita Saudi



POSTINGAN INI BERJUDUL:

صور جولة درّاجات "هارلي دافيدسون" في لبنان بمشاركة سائقات سعوديات

Foto tour sepeda HARLEY DAVIDSON di Lebanon yang ikuti pula pengendara wanita Saudi

Sumber dalil
http://www.alriyadh.com/net/article/463550

___________
sayang rodo' tuwek*

Kajian: ADZAN 2X DI PAGI HARI  Scan kitab FATAWA AL ALBANI hlm.269

Kajian: ADZAN 2X DI PAGI HARI Scan kitab FATAWA AL ALBANI hlm.269


By Kaheel Baba Naheel
EPISODE XVI

Kajian: ADZAN 2X DI PAGI HARI

Scan kitab FATAWA AL ALBANI hlm.269

TERJEMAH

KALIMAT " الصلاة خير من النوم " DIDALAM ADZAN SUBUH (pagi)


PERTANYAAN:”Apakah di syari’atkan pembacaan " الصلاة خير من النوم "didalam adzan pertama untuk menjelang subuh atau didalam adzan yang kedua….?”

SYEIKH MENJAWAB:”Sesungguhnya kalimat " الصلاة خير من النوم " ini hanya di syari’atkan pada adzan pertama untuk menjelang subuh, yaitu adzan yang dikumandangkan sebelum masuknya waktu shalat subuh sekitar ¼ jam (sebelum masuk subuh)pent.
Ini karena hadits Ibnu Umar r.a, yang berbunyi, Nabi bersabda:”Adalah didalam adzan pertama, setelah kalimat الفلاح dibaca kalimat " الصلاة خير من النوم " . HR. Imam Baihaqy.
Begitu juga imam Atthohawi dalam kitab “Syarhul Ma’aani” yang status sanadnya “Hasan” seperti yang telah diutarakan oleh Alhafidz Ibnu Hajar.

Sedangkan hadits nya Abi Mahdzuroh mencakup dua adzan, namun adzan yang kedua bukan yang dimaksudkan, karena ada yang mengikatnya dalam riwayat lainnya dengan redaksi lafadz : :

“Dan jika kamu beradzan pertamal dari Subuh, maka ucapkanlah " الصلاة خير من النوم " HR. Abi Dawud, Nasa’i, Atthohawi dan yang lain. Hadits ini tercantum Shohih Abi Dawud, sehingga haditsnya ini mendukung hadits Ibnu Umar. Oleh karena itu, setelah menyampaikan lafadz hadits an Nasaa-i, imam ash Shan’ani berkata di dalam kitab Subulus Salaam: “Dalam hadits ini ada taqyid (unsur yang membatasi) terhadap riwayat yang mutlak”.


Bersambung…………….
__________________


Bagi anda yang mempraktikkan adzan 2x di pagi hari, yaitu adzan pertama sebelum masuk waktu shalat subuh guna untuk membangunkan orang orang yang tidur lelap dan juga bisa buat antisipasi sahur atau imsaak atau mungkin masjid di daerah anda mempraktikkan hal ini, maka sesuai fatwa pakar hadits yang satu ini bahwa kalimat " الصلاة خير من النوم " mohon diletakkan didalam adzan pertama tersebut, bukan pada adzan yang ke-2, seperti yang telah banyak dilakukan dibanyak masjid besar maupun kecil dan di Indonesia maupun di arab atau yang lain.

Mungkin anda berfikiran ringan dalam menyikapi masalah ini. Anda boleh boleh saja mengatakan, masalah ini ada ikhtilaf. Ada perbedaan dalam perspektif fikih atau ini hanyalah masalah furu’iyyah, jadi pakai pendapat yang mana tidak masalah atau ini masalah ijtihadiyah saja dan lain sebagainya.

Memang sekilas seperti itu ya akhi… ini masalah fiqhiyah…namun ini mengarah kepada hal yang serius ya akhi, yaitu “BID’AH !!!

Coba anda perhatikan lagi uraian Syeikh Albani ini, yakni kata “YANG DISYARI’ATKAN” jadi barang siapa yang salah dalam meletakkan kalimat " الصلاة خير من النوم " maka dia tertuduh melakukan tindakan diluar syari’at atau membuat syari’at baru. Dia melakukan sesuatu hal yang tidak ada tuntunannya.

Walhasil kesimpulannya, kalimat " الصلاة خير من النوم " tidak disyari’atkan diletakkan didalam adzan ke-2 yakni azdan panggilan shalat subuh.

Dengan berpegang fatwa ini maka saya menghukumi praktik adzan 2x yang dilakukan di Masjidil Haram Makkah Al Mukarromah atau bahkan Masjid Nabawi Madinah Al Munawaroh adalah BID’AH !!!
Pembahasan ini ada disini:

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=336093846453029&set=o.107101919360938&type=3



Wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat
Salam Aswaja !!

©Scan Original & Official®
█║▌│█│║▌║││█║▌║▌║
Verified Official by Kaheel’s

Bendera itu kok di duduki

Bendera itu kok di duduki


Nama nya aja anak kecil...........
Tapi yang kurang ajar adalah orang yang menaruh anak ini diatas bendera SAUDI tersebut.


________________

pengen njotos ^_^

~~~ I Love Indonesia ~~~

~~~ I Love Indonesia ~~~

555451-2193598015371-1709.jpg

By Bhurjen Umar
~~~ I Love Indonesia ~~~

Suasana pasar cinderamata disekitar Masjidil Harom Makkah Al-Mukarromah setiap hari tidak pernah sepi dari pengunjung dari seluruh dunia, siang atau pun malam, biasanya kaum Muslimin dan Muslimat pasti menyediakan waktu khusus untuk berbelanja sebagai oleh - oleh mereka pulang ke negaranya masing setelah selesai melakukan ibadah Umroh atau Ibadah Haji

jika kita berkeliling mengunjungi setiap toko cinderamata di sekitar Masjidil Harom Makkah Al-Mukarromah dan Masjid Harom Nabawi Madinah Al-Munawwaroh, ada keunikan tersendiri, nampaknya setiap pramuniaga (pelayan toko) seperti ada kewajiban khusus soal kemampuan berbahasa Indonesia, meskipun itu bukanlah persyaratan yang tertulis, para pramuniaga disana itu rata - rata orang Kerla, Banggali, Pakistan dan Hindi sangat menguasai Bahasa Indonesia di dalam menawarkan barang - barangnya, tawar menawar harganya, mereka tidak memakai bahasa Inggris atau Bahasa Arab

sungguh saya sangat bangga menjadi orang Indonesia, karena rata - rata orang Indonesia meskipun miskin, mereka tetap perupaya sekuat tenaga untuk menyempurnakan rukun Islam yang ke lima itu (melakukan Ibadah Haji jika mampu melakukan perjalanannya), tak jarang orang Indonesia itu sampai mejual sawah garapannya untuk dapat membayar ONH. agar dapat melakukan Ibadah Haji dan Umroh, dan hal itu mungkin tidak pernah terjadi di negara - negara lain, bahkan orang - orang Saudi Arabia saja, masih banyak yang belum pernah melakukan Ibadah Umroh dan Ibadah haji, meskipun umurnya sudah lanjut (tua), justru jika musim Haji tiba, orang - orang Saudi Arabia malah pergi berlibur ke negara Eropa atau Amerika

sungguh saya bangga menjadi orang Indonesia, karena Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa yang wajib disekitar Masjidil Harom Makkah Al-Mukarromah dan Masjid Nabawi Madinah Al-Munawwaroh yang dikunjungi oleh kaum Muslimin dan Muslimat dari seluruh penjuru dunia...

I Love Indonesia... smile

DAKWAH WALISONGO BELUM TUNTAS ???

DAKWAH WALISONGO BELUM TUNTAS ???

walisongo2.jpg
By Sururi Arrumbani
Mungkin anda sering mendengar dan membaca pernyataan bahwa dakwah para walisongo belum tuntas. Masih perlu penyempurnaan. Karena masih banyak praktek-praktek yang dianggap syirik. Walisongo dalam pandangan mereka gagal dalam berdakwah, karena belum mampu menghapus kesyirikan dalam masyarakat. Dan ujung-ujungnya mereka yang menyatakan demikian dengan yakin, bahwa merekalah yang layak meneruskan atau menuntaskan dakwah para walisongo tersebut. Atau karena dinilai gagal, maka dakwah walisongo perlu diganti total.

Tapi sayang, ketika mereka diajak berbincang mengenai profil walisongo mereka tidak tahu. Mengenai sepak terjang, model berdakwah, mereka sama sekali tidak paham. Yang mereka tahu hanya bahwa di Jawa masih banyak pelaku syirik. Ini belum pada cara pandang mereka dalam bingkai BID’AH. Jika ditambah dengan yang demikian, niscayalah dakwah Islam oleh walisongo pasti akan dianggap gagal total. Walisongo tidak layak disebut sebagai pendakwah Islam. Sungguh kesimpulan yang sangat-sangat konyol.

Marilah sejenak kita mengkaji sejarah Nabi Muhammad, bahwa sepeninggal beliau ternyata seluruh dunia juga tidak Islam semua. Padahal beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Tidak usah yang besar, apakah di tanah Arab juga sudah berhasil 100% memeluk Islam??? Apakah masyarakat Arab sudah bebas dari perilaku syirik??? Kalau Nabi tidak dianggap gagal, maka apakah layak walisongo disebut gagal??? Tidak kan?!.

Sekarang, Arab Saudi dibanjiri umat Islam yang melaksanakan ibadah haji tiap tahunnya. Demikian pula jamaah umrah. Apakah ini keberhasilan pemerintah Arab Saudi??? Tidak begitu. Darimana asal jamaah tersebut ??? Indonesia begitu besar yang ke sana. Lagi-lagi apakah ini bukti kegagalan dakwah walisongo dan penerusnya???

Dakwah Muhammad bin Abdul Wahab, Bin Baz atau Alabny dan lainnya apakah berhasil??? Memang semakin hari semakin bertambah pengikutnya dari seluruh penjuru duni. Jika ukuran soal jumlah ya gagal lah.... orang Jawa saja berapa yang muslim.

Jadi ukuran apa yang hendak dijadikan pedoman menilai gagal tidaknya sebuah dakwah? Apakah jumlah? Atau pendirian sebuah negara dengan label Islam sebagai bentuk keberhasilan tertinggi???? Kalau itu ukurannya, malah di Jawa sudah pernah dan justru walisongo yang membidaninya. Jadi tidak mudah dalam urusan ini.

Jangan-jangan penilaian kegagalan walisongo hanya bentuk kedengkian semata? Dalam teori wacana, pernyataan yang disampaikan, bisa jadi menyimpan maksud yang sebenarnya : dan maksud itu adalah bertolak belakang dari yang dinyatakan. Pernahkah anda jatuh cinta? Anda bisa bilang sangat membenci seseorang, padahal yang sebenarnya adalah anda mencintai orang tersebut

Nasehat adz-Dzahabi Terhadap Ibn Taimiyah

Nasehat adz-Dzahabi Terhadap Ibn Taimiyah

179909-244481882324203-10.jpg

By Sholeh Punya

Nasehat adz-Dzahabi Terhadap Ibn Taimiyah; Bukti Pengakuan Seorang Murid Bagi Kesesatan Sang Guru

Al-Hâfizh adz-Dzahabi ini adalah murid dari Ibn Taimiyah. Walaupun dalam banyak hal adz-Dzahabi mengikuti faham-faham Ibn Taimiyah, --terutama dalam masalah akidah--, namun ia sadar bahwa ia sendiri, dan gurunya tersebut, serta orang-orang yang menjadi pengikut gurunya ini telah menjadi bulan-bulanan mayoritas umat Islam dari kalangan Ahlussunnah Wal Jama'ah pengikut madzhab al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kondisi ini disampaikan oleh adz-Dzahabi kepada Ibn Taimiyah untuk mengingatkannya agar ia berhenti dari menyerukan faham-faham ekstrimnya, serta berhenti dari kebiasaan mencaci-maki para ulama saleh terdahulu. Untuk ini kemudian adz-Dzahabi menuliskan beberapa risalah sebagai nasehat kepada Ibn Taimiyah, sekaligus hal ini sebagai “pengakuan” dari seorang murid terhadap kesesatan gurunya sendiri. Risalah pertama berjudul Bayân Zghl al-‘Ilm Wa ath-Thalab, dan risalah kedua berjudul an-Nashîhah adz-Dzhabiyyah Li Ibn Taimiyah.

Dalam risalah Bayân Zghl al-‘Ilm, adz-Dzahabi menuliskan ungkapan yang diperuntukan bagi Ibn Taimiyah sebagai berikut [Secara lengkap dikutip oleh asy-Syaikh Arabi at-Tabban dalam kitab Barâ-ah al-Asy’ariyyîn Min ‘Aqâ-id al-Mukhâlifîn, lihat kitab j. 2, h. 9/ bukunya ada sama saya]:

“Hindarkanlah olehmu rasa takabur dan sombong dengan ilmumu. Alangkah bahagianya dirimu jika engkau selamat dari ilmumu sendiri karena engkau menahan diri dari sesuatu yang datang dari musuhmu atau engkau menahan diri dari sesuatu yang datang dari dirimu sendiri. Demi Allah, kedua mataku ini tidak pernah mendapati orang yang lebih luas ilmunya, dan yang lebih kuat kecerdasannya dari seorang yang bernama Ibn Taimiyah. Keistimewaannya ini ditambah lagi dengan sikap zuhudnya dalam makanan, dalam pakaian, dan terhadap perempuan. Kemudian ditambah lagi dengan konsistensinya dalam membela kebenaran dan berjihad sedapat mungkin walau dalam keadaan apapun. Sungguh saya telah lelah dalam menimbang dan mengamati sifat-sifatnya (Ibn Taimiyah) ini hingga saya merasa bosan dalam waktu yang sangat panjang. Dan ternyata saya medapatinya mengapa ia dikucilkan oleh para penduduk Mesir dan Syam (sekarang Siria, lebanon, Yordania, dan Palestina) hingga mereka membencinya, menghinanya, mendustakannya, dan bahkan mengkafirkannya, adalah tidak lain karena dia adalah seorang yang takabur, sombong, rakus terhadap kehormatan dalam derajat keilmuan, dan karena sikap dengkinya terhadap para ulama terkemuka. Anda lihat sendiri, alangkah besar bencana yang ditimbulkan oleh sikap “ke-aku-an” dan sikap kecintaan terhadap kehormatan semacam ini!”.

Adapun nasehat adz-Dzahabi terhadap Ibn Taimiyah yang ia tuliskan dalam risalah an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah, secara lengkap dalam terjemahannya sebagai berikut [Teks lebih lengkap dengan aslinya lihat an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah dalam dalam kitab Barâ-ah al-Asy’ariyyîn Min ‘Aqâ-id al-Mukhâlifîn, j. 2, h. 9-11]:

“Segala puji bagi Allah di atas kehinaanku ini. Ya Allah berikanlah rahmat bagi diriku, ampunilah diriku atas segala kecerobohanku, peliharalah imanku di dalam diriku.

Oh… Alangkah sengsaranya diriku karena aku sedikit sekali memiliki sifat sedih!!

Oh… Alangkah disayangkan ajaran-ajaran Rasulullah dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya telah banyak pergi!!

Oh... Alangkah rindunya diriku kepada saudara-saudara sesama mukmin yang dapat membantuku dalam menangis!!

Oh... Alangkah sedih karena telah hilang orang-orang (saleh) yang merupakan pelita-pelita ilmu, orang-orang yang memiliki sifat-sifat takwa, dan orang-orang yang merupakan gudang-gudang bagi segala kebaikan!!

Oh... Alangkah sedih atas semakin langkanya dirham (mata uang) yang halal dan semakin langkanya teman-teman yang lemah lembut yang menentramkan. Alangkah beruntungnya seorang yang disibukan dengan memperbaiki aibnya sendiri dari pada ia mencari-cari aib orang lain. Dan alangkah celakanya seorang disibukan dengan mencari-cari aib orang lain dari pada ia memperbaiki aibnya sendiri.

Sampai kapan engkau (Wahai Ibn Taimiyah) akan terus memperhatikan kotoran kecil di dalam mata saudara-saudaramu, sementara engkau melupakan cacat besar yang nyata-nyata berada di dalam matamu sendiri?!

Sampai kapan engkau akan selalu memuji dirimu sendiri, memuji-muji pikiran-pikiranmu sendiri, atau hanya memuji-muji ungkapan-ungkapanmu sendiri?! Engkau selalu mencaci-maki para ulama dan mencari-cari aib orang lain, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian menyebut-menyebut orang-orang yang telah mati di antara kalian kecuali dengan sebutan yang baik, karena sesungguhnya mereka telah menyelesaikan apa yang telah mereka perbuat”.

Benar, saya sadar bahwa bisa saja engkau dalam membela dirimu sendiri akan berkata kepadaku: “Sesungguhnya aib itu ada pada diri mereka sendiri, mereka sama sekali tidak pernah merasakan kebenaran ajaran Islam, mereka betul-betul tidak mengetahui kebenaran apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad, memerangi mereka adalah jihad”. Padahal, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sangat mengerti terhadap segala macam kebaikan, yang apa bila kebaikan-kebaikan tersebut dilakukan maka seorang manusia akan menjadi sangat beruntung. Dan sungguh, mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal (tidak mengerjakan) kebodohan-kebodohan (kesesatan-kesesatan) yang sama sekali tidak memberikan manfa’at kepada diri mereka. Dan sesungguhnya (Sabda Rasulullah); “Di antara tanda-tanda baiknya keislaman seseorang adalah apa bila ia meninggalkan sesuatu yang tidak memberikan manfa’at bagi dirinya”. (HR. at-Tirmidzi)

Hai Bung…! (Ibn Taimiyah), demi Allah, berhentilah, janganlah terus mencaci maki kami. Benar, engkau adalah seorang yang pandai memutar argumen dan tajam lidah, engkau tidak pernah mau diam dan tidak tidur. Waspadalah engkau, jangan sampai engkau terjerumus dalam berbagai kesesatan dalam agama. Sungguh, Nabimu (Nabi Muhammad) sangat membenci dan mencaci perkara-perkara [yang ekstrim]. Nabimu melarang kita untuk banyak bertanya ini dan itu. Beliau bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang paling ditakutkan yang aku khawatirkan atas umatku adalah seorang munafik yang tajam lidahnya”. (HR. Ahmad)

Jika banyak bicara tanpa dalil dalam masalah hukum halal dan haram adalah perkara yang akan menjadikan hati itu sangat keras, maka terlebih lagi jika banyak bicara dalam ungkapan-ungkapan [kelompok yang sesat, seperti] kaum al-Yunusiyyah, dan kaum filsafat, maka sudah sangat jelas bahwa itu akan menjadikan hati itu buta.

Demi Allah, kita ini telah menjadi bahan tertawaan di hadapan banyak makhluk Allah. Maka sampai kapan engkau akan terus berbicara hanya mengungkap kekufuran-kekufuran kaum filsafat supaya kita bisa membantah mereka dengan logika kita??

Hai Bung…! Padahal engkau sendiri telah menelan berbagai macam racun kaum filsafat berkali-kali. Sungguh, racun-racun itu telah telah membekas dan menggumpal pada tubuhmu, hingga menjadi bertumpuk pada badanmu.

Oh… Alangkah rindunya kepada majelis yang di dalamnya diisi dengan tilâwah dan tadabbur, majelis yang isinya menghadirkan rasa takut kepada Allah karena mengingt-Nya, majelis yang isinya diam dalam berfikir.

Oh… Alangkah rindunya kepada majelis yang di dalamnya disebutkan tentang orang-orang saleh, karena sesungguhnya, ketika orang-orang saleh tersebut disebut-sebut namanya maka akan turun rahmat Allah. Bukan sebaliknya, jika orang-orang saleh itu disebut-sebut namanya maka mereka dihinakan, dilecehkan, dan dilaknat.

Pedang al-Hajjaj (Ibn Yusuf ats-Tsaqafi) dan lidah Ibn Hazm adalah laksana dua saudara kandung, yang kedua-duanya engkau satukan menjadi satu kesatuan di dalam dirimu. (Engkau berkata): “Jauhkan kami dari membicarakan tentang “Bid’ah al-Khamîs”, atau tentang “Akl al-Hubûb”, tetapi berbicaralah dengan kami tentang berbagai bid’ah yang kami anggap sebagai sumber kesesatan”. (Engkau berkata); Bahwa apa yang kita bicarakan adalah murni sebagai bagian dari sunnah dan merupakan dasar tauhid, barangsiapa tidak mengetahuinya maka dia seorang yang kafir atau seperti keledai, dan siapa yang tidak mengkafirkan orang semacam itu maka ia juga telah kafir, bahkan kekufurannya lebih buruk dari pada kekufuran Fir’aun. (Engkau berkata); Bahwa orang-orang Nasrani sama seperti kita. Demi Allah, [ajaran engkau ini] telah menjadikan banyak hati dalam keraguan. Seandainya engkau menyelamatkan imanmu dengan dua kalimat syahadat maka engkau adalah orang yang akan mendapat kebahagiaan di akhirat.

Oh… Alangkah sialnya orang yang menjadi pengikutmu, karena ia telah mempersiapkan dirinya sendiri untuk masuk dalam kesesatan (az-Zandaqah) dan kekufuran, terlebih lagi jika yang menjadi pengikutmu tersebut adalah seorang yang lemah dalam ilmu dan agamanya, pemalas, dan bersyahwat besar, namun ia membelamu mati-matian dengan tangan dan lidahnya. Padahal hakekatnya orang semacam ini, dengan segala apa yang ia perbuatan dan apa yang ada di hatinya, adalah musuhmu sendiri. Dan tahukah engkau (wahai Ibn Taimiyah), bahwa mayoritas pengikutmu tidak lain kecuali orang-orang yang “terikat” (orang-orang bodoh) dan lemah akal?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah orang pendusta yang berakal tolol?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah aneh yang serampangan, dan tukang membuat makar?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah seorang yang [terlihat] ahli ibadah dan saleh, namun sebenarnya dia adalah seorang yang tidak paham apapun?! Kalau engkau tidak percaya kepadaku maka periksalah orang-orang yang menjadi pengikutmu tersebut, timbanglah mereka dengan adil…!

Wahai Muslim (yang dimaksud Ibn Taimiyah), adakah layak engkau mendahulukan syahwat keledaimu yang selalu memuji-muji dirimu sendiri?! Sampai kapan engkau akan tetap menemani sifat itu, dan berapa banyak lagi orang-orang saleh yang akan engkau musuhi?! Sampai kapan engkau akan tetap hanya membenarkan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang baik yang akan engkau lecehkan?!

Sampai kapan engkau hanya akan mengagungkan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang yang akan engkau kecilkan (hinakan)?!

Sampai kapan engkau akan terus bersahabat dengan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang zuhud yang akan engkau perangi?!

Sampai kapan engkau hanya akan memuji-muji pernyataan-pernyataan dirimu sendiri dengan berbagai cara, yang demi Allah engkau sendiri tidak pernah memuji hadits-hadits dalam dua kitab shahih (Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim) dengan caramu tersebut?!

Oh… Seandainya hadits-hadits dalam dua kitab shahih tersebut selamat dari keritikmu…! Tetapi sebalikanya, dengan semaumu engkau sering merubah hadits-hadits tersebut, engkau mengatakan ini dla’if, ini tidak benar, atau engkau berkata yang ini harus ditakwil, dan ini harus diingkari.

Tidakkah sekarang ini saatnya bagimu untuk merasa takut?! Bukankah saatnya bagimu sekarang untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah)?! Bukankah engkau sekarang sudah dalam umur 70an tahun, dan kematian telah dekat?! Tentu, demi Allah, aku mungkin mengira bahwa engkau tidak akan pernah ingat kematian, sebaliknya engkau akan mencaci-maki seorang yang ingat akan mati! Aku juga mengira bahwa mungkin engkau tidak akan menerima ucapanku dan mendengarkan nesehatku ini, sebaliknya engkau akan tetap memiliki keinginan besar untuk membantah lembaran ini dengan tulisan berjilid-jilid, dan engkau akan merinci bagiku berbagai rincian bahasan. Engkau akan tetap selalu membela diri dan merasa menang, sehingga aku sendiri akan berkata kepadaku: “Sekarang, sudah cukup, diamlah…!”.

Jika penilaian terhadap dirimu dari diri saya seperti ini, padahal saya sangat menyangi dan mencintaimu, maka bagaimana penilaian para musuhmu terhadap dirimu?! Padahal para musuhmu, demi Allah, mereka adalah orang-orang saleh, orang-orang cerdas, orang-orang terkemuka, sementara para pembelamu adalah orang-orang fasik, para pendusta, orang-orang tolol, dan para pengangguran yang tidak berilmu.

Aku sangat ridla jika engkau mencaci-maki diriku dengan terang-terangan, namun diam-diam engkau mengambil manfaat dari nasehatku ini. “Sungguh Allah telah memberikan rahmat kepada seseorang, jika ada orang lain yang menghadiahkan (memperlihatkan) kepadanya akan aib-aibnya”. Karena memang saya adalah manusia banyak dosa. Alangkah celakanya saya jika saya tidak bertaubat. Alangkah celaka saya jika aib-aibku dibukakan oleh Allah yang maha mengetahui segala hal yang ghaib. Obatnya bagiku tiada lain kecuali ampunan dari Allah, taufik-Nya, dan hidayah-Nya.

Segala puji hanya milik Allah, Shalawat dan salam semoga terlimpah atas tuan kita Muhammad, penutup para Nabi, atas keluarganya, dan para sahabatnya sekalian.